MusicPlaylistRingtones

Monday, October 10, 2011

Berdakwah Dengan Akhlak Mulia - Bagian 3


Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, Lc., M.A.

2. Jujur dalam bertutur kata.
Sifat jujur merupakan salah satu karakter mulia yang amat dianjurkan dalam Islam.
Allah ta'ala berfiman,
" اٌَ أَ هٌَُّا اىَّزِ آ ىٍَُْا احَّقُىا اىيَّ وَقُىىُىا قَىِلاً سَذِ ذٌاً".
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan
ucapkanlah perkataan yang benar." (Q.S. Al-Ahzab: 70).

Masih banyak ayat Alquran dan hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang
berisikan perintah serupa.

Kejujuran bertutur kata dalam kehidupan sehari-hari membuahkan kepercayaan
masyarakat terhadap apa yang kita sampaikan, bukan hanya dalam perkara duniawi,
namun juga dalam perkara agama.

Ibnu Abbas bercerita, bahwa tatkala turun firman Allah,
"وَأَ زِّسِ عَشِيرَتَلَ اىْأَقْشَبِينَ".
Artinya: "Berilah peringatan shallallahu ‘alaihi wa sallamwahai Muhammad)
kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (Q.S. Asy-Syu'ara: 214).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari rumahnya lalu menaiki bukit
Shafa dan berteriak memanggil, "Wahai kaumku kemarilah!" Orang-orang Quraisy
berkata, "Siapakah yang memanggil itu?". "Muhammad", jawab mereka. Mereka pun
berduyun-duyun menuju bukit Shafa.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Wahai bani Fulan, bani Fulan,
bani Fulan, bani Abdi Manaf dan bani Abdil Mutthalib. Andaikan aku kabarkan bahwa
dari kaki bukit ini akan keluar seekor kuda, apakah kalian mempercayaiku?"
Mereka menjawab, "Kami tidak pernah mendapatkanmu berdusta!"
"Sesungguhnya aku mengingatkan kalian akan datangnya azab yang sangat pedih!"
lanjut Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. (H.R. Bukhari (hal. 1082 no. 4971) dan
Muslim (III/77 no. 507) dengan redaksi Muslim).

Lihatlah bagaimana Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan
kejujurannya dalam bertutur kata sebagai dalil dan bukti akan kebenaran risalah yang
disampaikannya [lihat: Makârim al-Akhlâq fî Dhau'i al-Kitâb wa as-Sunnah karya Syaikh
Salim al-Hilâly (hal. 39)].

Seorang muslim yang telah dikenal di masyarakatnya jujur dalam bertutur kata,
berhati-hati dalam berbicara dan menyampaikan berita; dia akan disegani oleh mereka.
Ucapannya berbobot dan omongannya didengar. Dan ini adalah modal yang amat
berharga untuk berdakwah. Didengarkannya apa yang kita sampaikan itu sudah
merupakan suatu langkah awal yang menyiratkan keberhasilan dakwah. Andaikan dari
awal saja, masyarakat sudah enggan mendengar apa yang kita sampaikan, karena kita
telah dikenal, misalnya, mudah menukil berita tanpa diklarifikasi terlebih dahulu, tentu jalan dakwah berikutnya akan semakin terjal.

Benarlah pepatah orang Jawa: "Ajining diri soko ing lathi" (Kehormatan diri dinilai
dari lisan).
-bersambung insya Allah-
Artikel www.tunasilmu.com

No comments:

Post a Comment